CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA AYU PART5

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA AYU PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA AYU PART5, Hasrat-Bispak26 Ke-2  payudaraku pastinya sudah memulai nampak oleh Wawan serta Suwito yang saat ini jadi menelan ludah. Saya lagi turunkan handuk ini hingga ujung atas bibir vaginaku yang telah berkali kali berisi penis mereka itu terpasang dihadapan mereka.

Wawan dan Suwito terus melotot melihati badanku, sampai mata mereka seperti mau keluar tempatnya. Saya lebih semangat menarik mereka, serta pada kondisi telanjang bundar sebagai berikut, perlahan-lahan saya mengubah badanku, lalu saya ambil langkah ke almari bajuku dengan kaki tersilang seperti seseorang style yang tengah berjalan dalam atas catwalk.

Saya ambil bra dan celana dalamku dari almari bajuku, berniat kupilih bra yang memiliki ukuran sangat kecil antara semuanya punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, serta saya ambil langkah ke situ dengan type seperti barusan sembari mengerling nakal dari mereka.

Seterusnya saya menyengaja berlambat pelan memakai bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… marilah non… membuka dong…", saya dengar suara Wawan dan Suwito di luar yang meminta memohon dengan muka porno mereka itu.

Tidak tahu apa yang mereka meminta untuk dibuka, bra yang telah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang tentu saya tidak mungkin pengen meluluskan permintaan mereka.

Serta dalam hati saya marah-marah, disini saya dapat dengar kata-kata mereka yang tidak sangat keras itu secara jelas, tetapi barusan itu mereka bergaya gak mendengarku. Karenanya saya menetapkan untuk membikin mereka kian haus serta lapar dapat badanku, toh saya aman aman saja di sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal menjurus mereka berdua. Saya lagi memakai celana dalamku, dan seperti barusan, saya berlambat lamban tingkatkan celana dalamku melintasi ke-2  pahaku, hingga selanjutnya celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seolah saya pengin memamerkan badanku lebih terang dari mereka semua.  Seterusnya saya mengusung ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku seakan tengah menari.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA AYU PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam tirai jendela kamarku serta tutup beberapa badanku dengan gordin itu, sembari mengerling nakal menuju mereka bertiga.

"Telah, saya pengin tidur!", saya berucap dengan suara keras, lalu saya tutup gordin jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengayalkan tidak tahu sekesal apa Wawan dan Suwito waktu ini padaku. Kudengar dobrakan gebrakan kecil di jendela kamarku, namun saya tentu tidak ingin menyikapi semuanya itu.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku untuk keringkan rambutku dengan hair dryer. Pada saat saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak berulangkali, ternyata mereka telah terbakar hasrat serta memaksakan masuk ke sini untuk mendapatku, menggagahiku dan melumat habis badanku.

Jantungku berdegap kuat, serta saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya dapat aman dalam kamarku, mereka tidak dapat berani melakukan perbuatan lebih jauh seperti menggempur pintu kamarku ini. Sesudah rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut serta nyaman, saya memastikan untuk lekas tidur siang.

Saya gak pengin tidur kelamaan, jadi saya menyetel weker supaya berdering pada pukul lima sore kelak. Lantas dengan cuma kenakan bra serta celana dalam sebagai berikut, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup susah saya usaha buat lekas tertidur. Andy selalu ada di hadapanku tiap-tiap saya pejamkan mataku. Bila saya buka mataku, saya jadi mau malam selekasnya datang serta mengayalkan begitu senangnya saya saat Andy menghubungiku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, serta tidak tahu berapakah lama lalu baru saya selanjutnya dapat tertidur.

VI. Marah Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore di saat saya udah terjaga dari tidur siangku. Namun rasa penat serta pegal yang menganiaya badanku waktu tiga ini hari udah menyusut banyak. Serta saya telah tersenyum senyuman kembali karena bayang-bayang Andy telah kembali isi hatiku.

"Non… non…", kudengar suara Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku khawatir.

"Ada tukang surat yang meminta tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, tidak lama", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, dan udara dingin AC kamarku langsung menimpa badanku yang cuman berbalut bra serta celana dalam saja. Saya menggigil sesaat dan langsung lari ke dalam almari bajuku, lalu saya lekas kenakan busana rumah ala-ala persentasenya.

"Aduh… urgent deh…", saya menyambat dengan takut.

Saya melihat dari balik tirai jendela kamarku, Kedengarannya Wawan serta Suwito telah tidak di muka jendela kamarku. Tidak tahu berada pada mana mereka saat ini, gak boleh jangan mereka lagi nungguin saya di muka pintu kamarku.

Jadi dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, serta saya cuman dapat memandang Sulikah yang tungguku.

"Mbak, harus saya ya yang tanda-tangan?", saya ajukan pertanyaan dengan impian jawabnya tak.

"Kata tukang suratnya sich mesti non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya mau membebaskan tukang surat itu pergi, tetapi saya tidak mau selanjutnya saya jadi kian ribet jika nyatanya yang hendak dikatakan tukang surat itu suatu yang perlu. Mau tak mau saya tempuh kemungkinan ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, serta dengan berharap harap resah saya melihat apa mereka ada pada kurang lebih sini.

"Mbak, mereka berada di mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich berada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sembari tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang memandang anak majikannya takut akan dicabuli, bukan kasihan, justru senyuman senyuman sesuai ini. Saya sedikit kecewa di Sulikah, tetapi saya gak berbicara apa apa dan lekas turun ketujuan pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku di saat saya udah ada di dalam hadapan pengantar itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman buat mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata loper itu sembari memberinya sebuah amplop padaku, yang nyatanya didalamnya Diskon Card dari restaurant idola Jenny, berikut dengan suatu tandanya terima serta pulpen padaku.

"Oh ya, thanks pak", saya berucap puas dan menanda bereskan pertanda terima itu, lalu saya masuk ke dengan gembira.

Bermakna esok atau Senin saya dapat ekspos di Jenny dan Sherly, saya terlebih dulu yang memperoleh Disc. Card ini. Dan saya akan membayari mereka berdua di situ untuk membikin mereka lebih kecewa padaku :p

Tetapi jantungku hampir stop saat di garasi saya lihat Suwito langsung memburuku dengan gantengg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan mengelak tangkapan Suwito, dan saya lari ke dengan kuatir, mengharapkan saya masih menyempatkan masuk ke kamarku serta mengancing pintu.

"Gak perlu lari non, buang waktu saja", sindir Suwito sekalian ketawa, dan dia mulai menyebutrku, membuatku makin ketakutan serta saya terus lari mengarah tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit seram saat tiba-tiba Wawan tampil dari balik tangga, dan saya menghindari sebisaku sewaktu Wawan  mau tangkapku.

Saya tidak dapat ke tangga, pula gak dapat lari ke luar. Saya lari ke ruangan tamu, tetapi perlahan-lahan mereka jadi membuatku tersudut di sofa ruangan tamu. Saya jadi ngotot serta melompati meja di area tamu ini, lalu saya punya tujuan larikan diri ke ruangan keluarga.

Namun mereka lebih bisa cepat mengadangku, serta terus menahanku sampai saya kembali terdesak, terkepung di grandfather clock yang terpampang di area tamu ini.

"Udah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang kian merapat dan siap-siap mencekalku.

"Waktunya non berserah dan main main sama kami", Suwito menambah sembari tersenyum cabul.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA AYU PART5

Jantungku berdegap makin kuat. Saya tahu saya jangan sampai ketangkap mereka. Karena mereka berdua yang nyata kedepannya dapat ditambah lagi dengan pak Bijaksanain, pasti akan menggagahiku hingga sampai mereka bahagia merampungkan sakit hati birahi mereka padaku.

"Ko… kok udah pulang?", kataku sembari arahkan penglihatanku ke pintu pokok tempat keluarga yang nampak disini.

Wawan serta Suwito langsung melihat ke pintu, tentu mereka terkaget 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan kali ini langsung kugunakan untuk larikan diri ke arah ruangan keluarga, dan saya lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang setelah itu langsung menyebutrku.

"Tidak boleh lari non!", hebat Wawan yang turut mengartikulasikanrku.

Saya mati matian lari sesegera  mungkin tuju tangga, serta keliatannya saya benar-benar lebih semakin cepat pada mereka. Saya terus ke arah ke kamarku, dan saya sukses menutup pintu kamarku cocok sebelumnya handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku ibaratnya dapat lepas. Pastinya Wawan serta Suwito lagi usaha buka pintu kamarku. Namun saya pun sadar kalaupun saya udah aman dalam kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan suka.

Lega sekali rasanya saya dapat terhindar dari 2 maniak itu. Bukan saya tidak pengen layani mereka, saya cuma mau menaruh tenagaku ini hari, paling tidaklah sampai saya tuntas telephone dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat gara-gara baru-baru ini lari dengan semaksimal mungkin seperti barusan. Napasku pun sedikit tidak memiliki aturan serta badanku sedikit gemetaran, tetapi saat ini sudah semua aman. Dan saya memikir jika merendam di air hangat barangkali dapat turunkan kemelutku.

Jadi saya ambil satu set pakaian tukar komplet dengan bra serta celana dalam dari almari bajuku, dan saya mengambil langkah ke kamar mandiku. Tidak lupa saya membawa juga handuk yang terkait di muka wastafel, dan saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan saat saya memandang pak Bijakin yang ada dalam kamar mandiku, entahlah sejak mulai kapan dia ada pada sini.

Lembar untuk lembar baju yang kubawa berguguran ke lantai kamarku saat lagi saya mundur mundur sembari menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Bijaksanain mulai dekatiku.

"Pak… tidak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, namun keadaan ini sama, pak Bijakin terus dekatiku.

Saya kian cemas, gak tahu mesti lari ke mana. Tetapi saya tetap mempunyai asa. Asal saya dapat menipu pak Bijakin sampai saya dapat lari ke kamar mandi dalam kamarku ini dan mengamankan pintunya, kemungkinan saya masih dapat selamat, sedikitnya untuk sesaat.

"Pak… ya telah Eliza ingin sama pak Bijaksanain saja, tetapi tidak boleh panggil lainnya ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja dan saat ini saya jadi merapat mengarah pak Bijaksanain.

Saya akan menarik kaus yang kukenakan ini, tetapi saya hentikan niatku waktu pak Bijakin yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini jadi buka korden kamarku yang memang benar ada di dekatnya.

Saya udah patah semangat, keinginanku sirna sekalipun waktu saya memandang kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Bijakin, sebab itu memiliki arti jalan masuk ke kamarku terbuka untuk Wawan dan Suwito.

Saya tidak mungkin memiliki cukup waktu untuk larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, karena saat saya memutar kunci pintu kamarku, pak Bijakin tentu sudah membekukku.

"Saya sich puas senang saja non bila dapat ngeseks sama non sendirian, hanya saya gak sedap sama Wawan serta Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan lantaran mereka pula", kata pak Bijakin yang saat ini kembali merapat ke arahku.

Saya sangat dongkol dengar ujaran pak Berbudiin, yang benar-benar betul itu. Jika dahulu Wawan dan Suwito tidak mengawali kekurang tuntunan mereka padaku, belum pasti pak Bijakin dapat turut nikmati badanku dengan mereka.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA AYU PART5

Lebih kembali, belumlah pasti saya harus jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri mulai sejak tahun akhir 2004 tempo hari.

Tetapi tiada waktu buatku buat mengenang saat saat kemarin.  Saya sadar kini pak Berbudiin udah dekat sekali, serta saya sempat berkilah ke belakang buat mengelit di saat pak Berbudiin coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, sekarang saya sungguh-sungguh berasa bakal disetubuhi.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Mari bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek nggak, saiki kene lak ngaplo maneh? Tetapi saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes tidak buko. Wedine non Eliza mlebu lan mengumpet nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Bijaksanain ke bahasa Suroboyoan dari mereka, dan pak Berbudiin lagi dekatiku.

Buat yang tidak ketahui omongan mereka yang memakai bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan ajukan pertanyaan apa pak Bijakin berada di dalam kamarku, dan memerintah pak Bijakin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Bijaksanain menyetujui jika dia ada pada dalam sini, sekalian membesarkan hati diri lantaran dia barusan menanti dalam kamar mandiku. Kalaupun tak, kini mereka nyata kembali tidak bekerja. Namun pak Bijaksanain memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya telah dibuka olehnya, karena pak Bijakin takut saya dapat masuk serta sembunyi di kamar mandiku saat lagi dia buka pintu kamarku buat Wawan.

Diluar itu pak Bijakin  memohon Suwito buat tunggu di muka pintu kamarku, hingga sampai Wawan buka pintu kamarku untuk dia. Dengan demikian saya mustahil dapat larikan diri melalui mana saja, lantaran seluruh jalan keluar kamarku udah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Sungguh-sungguh edan, pak Bijaksanain hingga sampai udah bikin taktik sebagai berikut untuk tangkapku, serta benar-benar mereka sukses membuatku terkepung di kamarku sendiri. Tidak tahu bagaimana dia dapat memikir perihal ini, yang terang kini saya sudah tidak dapat melakukan perbuatan apa manalagi, serta saya tinggal tunggu waktu saat sebelum badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… gak boleh paak…", saya menjerit saat ke-2  tanganku udah ketangkap pak Bijakin yang tau-tau mencekalku, dan saya sekalipun tidak sempat menghindari sebab semangatku udah redup.

Saya mulai coba meronta, tetapi semuanya buang waktu saja. Apalah makna tenagaku, seorang gadis yang imut kalaupun diperbandingkan dengan pak Berbudiin yang punyai tubuh tegap dan kekar itu?

Tidak lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia mengancingnya. Gordin itu pula ditutup olehnya.

"Pandai kowe Fin", kata Wawan yang nampak sangatlah suka dengan sukses trik pak Bijaksanain.

Lalu Wawan melangkah ke pintu kamarku, sekalian menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, dan dia buka pintu kamarku buat Suwito. Mereka berdua sama sama tos dengan bergairah, membuatku makin lemas memandang ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Diawali
Lengkaplah sudah ke-3  pejantan yang tentu akan lekas melumat badanku buat menumpahkan sakit hati mereka padaku. Entahlah mereka bakal membabatku semacam apa, saya gak berani memikirkan nasibku akan seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta saat Wawan serta Suwito dekatiku sembari menyeringai. Biarpun sebetulnya mereka seringkali nikmati badanku, tetap juga sekarang saya merinding seram menyaksikan tatapan mereka yang seperti ingin menelanku bundar bulat.

Saya lagi coba membebaskan ke-2  tanganku dari cengkaman tangan pak Bijakin.

"Jangan… tak boleh sekarang… esok saja… gak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas telah melumat bibirku.

Pada saat saya mengerang rintih hingga akhirnya megap megap lantaran kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku telah dilorotkan.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA AYU PART5

Saya gak menyaksikan siapakah yang melakukan, tetapi dengan pak Bijakin yang mencengkam ke-2  tanganku dan Suwito yang terus memagut bibirku, saya tahu pelaksananya jelas Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, dan selanjutnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh hasrat.

Saya mulai melemas, dan sewaktu pak Berbudiin membebaskan cekamannya pada tangan kananku, saya telah sangat kisruh untuk gunakan tangan kananku tidak tahu untuk menggerakkan Suwito masih yang repot melumat bibirku, maupun Wawan yang memagut bibir vaginaku. Apalagi tenaga pada tangan kananku ini rasanya amblas tidak tahu ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta dan merengek-rengek saat Suwito melepas pagutannya di bibirku.

"Lepasin? Non Eliza tak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, dan dia bersama pak Berbudiin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Sekarang saya tinggal memakai bra yang punya warna putih ini, serta saya tahu sesaat lagi pembantaian pada diriku akan selekasnya diawali.

Pak Bijakin serta Suwito yang berdiri di sisi kiri serta kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama